Oleh : Esnaini Sholikhah,S.Pd
(Penulis dan Pengamat Sosial)
Adanya kasus bunuh diri dan juga berbagai persoalan yang menimpa mahasiswa saat ini menggambarkan kompleksnya persoalan yang dihadapi generasi muda. Seorang mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) yang meninggal bunuh diri di kamar indekosnya di Kapanewon Mlati, Kabupaten Sleman, Senin (12/8) menguak kebobrokan dunia pendidikan. (Kumparannews,13/8/2024)
IPB University berduka setelah seorang mahasiswa mahasiswa barunya bernama Sulthan Nabinghah Royyan (18 tahun) ditemukan meninggal dunia. Mahasiswa asal Bojonegoro itu diduga meninggal dunia karena gantung diri di kamar mandi sebuah penginapan OYO di dekat Kampus IPB University Dramaga Bogor, Jawa Barat.(Republika,9/8/2024). Demikian juga Mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi Universitas Diponegoro (Undip), dr Aulia Risma Lestari, diduga bunuh diri akibat perundungan atau bullying dari seniornya. (Liputan6, 15/8/2024)
Kasus bunuh diri merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di seluruh dunia. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut, setidaknya 703.000 orang memilih untuk menyudahi hidup mereka setiap tahunnya. Sebenarnya, apa saja yang menjadi penyebab bunuh diri? Ada 10 penyebab bunuh diri, diataranya: depresi yang tidak tertangani, perilaku impulsif (dorongan negatif), masalah dalam kehidupan sosial, konsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang, gangguan mental, pengalaman buruk yang memicu trauma, penyakit yang tak kunjung sembuh, penyimpangan orientasi seksual, mengidap penyakit tertentu yang mendorong pelaku melakukan tindakan bunuh diri, dan ada trauma dari anggota keluarga yang melakukan tindakan bunuh diri sebelumnya. (HelloSehat, KemenkesRI)
Berdasarkan data Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Kepolisian RI (Polri), ada 971 kasus bunuh diri di Indonesia sepanjang periode Januari-Oktober 2023. Angka tersebut sudah melampaui kasus bunuh diri sepanjang 2022 yang jumlahnya 900 kasus. Kondisi ini menjadikan Indonesia darurat bunuh diri. (Katadata, 18-10-2023)
Fenomena bunuh diri kian meningkat di banyak Negara, kini Indonesia pun seperti latah mengikutinya. Mirisnya, kasus ini marak di kalangan mahasiswa yang notabene merupakan individu terdidik yang seharusnya memiliki pengetahuan tentang banyak hal, termasuk mengatasi persoalan hidupnya. Semua erat kaitannya dengan sistem hidup yang dijalankan hari ini yaitu sistem pendidikan sekuler. Sistem ini gagal melahirkan generasi yang berkepribadian Islam, padahal generasi akan menjadi penerus dan pembangun peradaban. Salah satu ciri kehidupan masyarakat dalam sistem sekuler adalah materialistis, yakni satu sudut pandang yang menggiring pola pikir masyarakat untuk terus berfokus pada perolehan materi. Bagi masyarakat sekuler, materi dianggap bisa mengantarkan kepada kebahagiaan. Jadilah siapa pun akan berlomba untuk mencari sebanyak-banyaknya materi, demi mengejar kebahagiaan.
Kehidupan yang jauh dari agama jelas akan mengantarkan siapa pun untuk melakukan hal semaunya, alias kehidupan yang liberalistis. Masyarakat hari ini yang saling sikut demi memperoleh materi. Ini juga yang menyebabkan depresi sebab jika tidak mendapatkan materi seolah telah kehilangan kesempatan untuk bahagia. Begitu pun pengaruh media sosial, tidak jarang pelaku bunuh diri terilhami dari tontonan mereka di media sosial. Inilah kehidupan sekuler yang melahirkan masyarakat yang materialistis dan liberalistis. Kehidupan makin kacau dan keluar dari fitrahnya.
Kehidupan yang sekuler tentu bertolak belakang dengan kehidupan Islam. kehidupan masyarakat Islam ditandai dengan ketundukan mereka terhadap syariat. Sedari dini mereka sudah diajarkan di rumah maupun sekolah mengenai hakikat tujuan penciptaan manusia. Islam mengajarkan bahwa tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah Taala. Dalam praktik kehidupannya, seseorang pun akan senantiasa mengikuti perintah-Nya. Ia paham bahwa sesungguhnya hanya Allah yang paling mengetahui yang terbaik buat hamba-Nya. Termasuk mengenai larangan menghilangkan nyawa, sebesar apa pun persoalan yang dihadapi, bunuh diri tidak boleh jadi solusi. Bagi kaum muslim, selain paham bahwa bunuh diri itu haram, mereka yakin ada Allah SWT. yang senantiasa hadir dan Allahlah sebaik-baik Pembuat Kejadian.
Selain pertahanan diri yang kuat, yaitu keimanan, Islam pun memberi perlindungan atas nyawa manusia dengan berbagai cara yang akan diterapkan secara menyeluruh dalam sebuah Negara. Misalnya, Negara menjamin kebutuhan hidup rakyatnya. Kondisi ini akan menghilangkan stres pada mahasiswa yang tertekan karena biaya hidup. Selain itu, untuk menjaga fitrah manusia, Negara akan melindunginya dari paparan pemikiran asing yang telah jelas merusak. Negara akan sangat selektif atas konten-konten yang akan sampai pada umat. Jika konten itu berbau kehidupan hedonistik dan materialistis, Negara akan melarang konten tersebut masuk ke ranah Negara.
Islam juga akan mewujudkan lingkungan yang kondusif untuk menjaga kesehatan mental remaja. Mulai di lingkup keluarga hingga sekolah, akidah Islam akan terus ditanamkan agar mereka hidup sesuai dengan fitrahnya sebagai manusia. Kurikulum juga akan dibuat sedemikian rupa agar para pelajar menikmati ilmu dan bukan untuk materi, melainkan untuk kontribusi terbaiknya bagi umat.
Islam memiliki sistem Pendidikan Islam yang kuat, karena berbasis akidah Islam, dan dengan dukungan sistem lain sesuai dengan islam, akan tercipta lingkungan hidup yang mendukung yang menguatkan terwujudnya kepribadian islam. Fenomena bunuh diri lahir dari kehidupan sekuler yang tidak menjadikan agama sebagai pedoman hidup. Kehidupan sekuler yang melahirkan individu materialistis dan liberalistis memicu stres yang berujung pada usaha mengakhiri nyawa sendiri. Penerapan sistem Islam kafah yang paripurna akan membentuk individu bertakwa, masyarakat yang gemar berdakwah, dan Negara yang benar-benar me-riayah. Dengan begitu, masalah bunuh diri akan tuntas karena setiap individu muslim dapat memahami hakikat dan jati dirinya sebagai hamba dengan menjadikan Islam sebagai the way of life.
Ketika Islam menjadi jalan hidup bagi setiap muslim, tidak akan ada generasi yang sakit mentalnya, mudah menyerah, atau gampang putus asa. Mereka akan menjadi generasi terbaik dengan mental sekuat baja dan kepribadian setangguh para pendahulunya. Oleh karenanya, untuk menghentikan fenomena ini, tidak ada lagi cara selain mengembalikan kehidupan Islam di tengah umat manusia. Melalui Negara, Islam akan menjaga umat dari berbuat kerusakan dengan sejumlah mekanisme dalam melindungi nyawa rakyatnya. Wallahu a’lam bisshowab.
0 Komentar