Home

Temukan Informasi Terkini dan Terpercaya di PojokKota.com: Menyajikan Berita dari Sudut Pandang yang Berbeda, Menyajikan Berita Terkini Tanpa Basa-basi! www.pojokkota.com

Tagar #KaburAjaDulu mencuat, ada apa sebenarnya? begini Islam kasih solusi.!

Oleh: Salsabila, Pemerhati Generasi Muda

Tagar #KaburAjaDulu belakangan ini ramai diserukan oleh warganet melalui media sosial, termasuk di X (Twitter). Jika tagar #KaburAjaDulu dicari di X, media sosial tersebut akan menampilkan unggahan warganet terkait kesempatan studi atau bekerja di luar negeri untuk "kabur" dari Indonesia. Melalui #KaburAjaDulu, warganet berbagi informasi seputar lowongan kerja, beasiswa, les bahasa, serta pengalaman berkarier dan kisah hidup di luar negeri. Banyak warganet yang menggunakan tagar ini karena ingin menghindari tekanan pekerjaan, pendidikan, maupun masalah sehari-hari di Indonesia (kompas.com, 05/02/2025).

Pengaruh Digitalisasi

Fenomena tagar #KaburAjaDulu tentu tidak lepas dari pengaruh digitalisasi, terutama media sosial, yang menggambarkan kehidupan di negara lain yang dianggap lebih menjanjikan. Kualitas pendidikan dalam negeri yang rendah dan mahal, serta banyaknya tawaran beasiswa dari negara maju, memberikan peluang bagi masyarakat untuk "kabur" ke luar negeri.

Demikian pula dengan sulitnya mencari pekerjaan di dalam negeri. Kalaupun tersedia, gajinya sering kali tidak memadai. Sementara itu, banyak tawaran kerja di luar negeri, baik untuk pekerja terampil maupun pekerja kasar, dengan gaji yang lebih layak bahkan lebih tinggi dibandingkan di negara berkembang. Hal ini semakin menguatkan alasan bagi sebagian orang untuk meninggalkan Indonesia.

Brain Drain, Liberalisme, dan Kapitalisme

Tren #KaburAjaDulu mengonfirmasi adanya fenomena brain drain atau human capital flight, yaitu ketika tenaga kerja terampil dan berpendidikan tinggi meninggalkan negara asal mereka untuk mencari peluang yang lebih baik, seperti gaji lebih tinggi, kondisi kerja lebih baik, kesempatan pengembangan karier, serta lingkungan penelitian dan teknologi yang lebih maju di luar negeri. Brain drain kerap terjadi di negara-negara berkembang, khususnya di kalangan ilmuwan, insinyur, maupun dokter yang memilih bekerja di luar negeri.

Fenomena ini menjadi isu krusial dalam konteks liberalisasi ekonomi yang semakin menguat, memperlebar kesenjangan antara negara maju dan berkembang, serta menciptakan ketidakadilan dalam akses terhadap sumber daya dan kesempatan. Sumber daya alam (SDA) di negara berkembang sering kali dikuasai oleh korporasi asing, sehingga kesejahteraan rakyat tidak terjamin.

Salah satu penyebab utama brain drain adalah kegagalan negara berkembang dalam mewujudkan kesejahteraan di dalam negeri akibat penerapan sistem liberalisme-kapitalisme. Sistem ini memungkinkan kepemilikan bebas atas SDA, yang pada akhirnya hanya menguntungkan segelintir kapitalis. Akibatnya, kekayaan hanya berputar di kalangan elite, sementara kesenjangan antara orang kaya dan miskin semakin kentara.

Solusi dalam Islam

Dalam Islam, negara diposisikan sebagai raa’in (pengurus) urusan rakyat. Negara wajib mewujudkan kesejahteraan rakyat dan tidak boleh membiarkan mereka hidup dalam kemiskinan, melainkan harus segera memberikan solusi. Negara Islam (Khilafah) bertanggung jawab untuk memenuhi seluruh kebutuhan dasar warganya, termasuk sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan keamanan. Inilah realisasi politik ekonomi Islam.

Untuk mewujudkan jaminan pemenuhan kebutuhan dasar ini, Khilafah akan melakukan beberapa langkah strategis, antara lain:

  1. Membuka lapangan kerja seluas-luasnya bagi laki-laki sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga.
  2. Mengelola SDA milik umum, seperti tambang, laut, hutan, sungai, dan gunung. Pengelolaan ini akan menciptakan banyak lapangan kerja, dan hasilnya dikembalikan kepada rakyat dalam bentuk produk (seperti BBM dan gas) maupun layanan publik.
  3. Mendukung industri dalam negeri dengan melakukan industrialisasi dan membebaskan pengusaha dari pungutan yang tidak syar’i, sehingga menciptakan iklim usaha yang kondusif dan mampu menyerap tenaga kerja.
  4. Mengontrol impor agar tidak merugikan industri dalam negeri dan memastikan produk dalam negeri tetap kompetitif di pasar.
  5. Mengembangkan sektor pertanian, peternakan, perdagangan, dan jasa agar dapat menciptakan lebih banyak lapangan kerja.

Khilafah juga memiliki berbagai sumber pemasukan negara yang memungkinkan kesejahteraan rakyat terjamin. Selain itu, negara akan menyediakan fasilitas layanan yang berkualitas dengan biaya murah, bahkan gratis, sehingga rakyat tidak perlu mencari kesejahteraan di luar negeri.

Dengan demikian, hanya Islam yang mampu memberikan solusi komprehensif bagi permasalahan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Dengan penerapan sistem Islam, kesejahteraan yang merata dapat terwujud tanpa harus meninggalkan negeri sendiri.

Posting Komentar

0 Komentar