Penulis : Muhammad Ikhsan, CPM.
Di tengah dunia yang terus digilas oleh arus teknologi, di mana seolah-olah setiap klik dan swipe kita merangkul kemudahan dan harapan baru, Worldcoin hadir seperti pahlawan digital yang menjanjikan solusi keuangan melalui teknologi kripto dan identitas digital.
Namun, apakah kita benar-benar harus menyambut kedatangan "kemudahan" ini dengan tangan terbuka?
Ataukah, justru, kita sedang berjalan ke dalam perangkap yang lebih besar, yang mengancam privasi, keadilan, dan kedaulatan kita sebagai umat?
Mari kita telaah lebih dalam, dengan sebuah pertanyaan yang bergetar di benak kita semua, apakah teknologi ini benar-benar membawa kebaikan atau hanya memperbesar ketidakadilan yang sudah ada?
𝐏𝐫𝐢𝐯𝐚𝐬𝐢 𝐁𝐢𝐨𝐦𝐞𝐭𝐫𝐢𝐤 𝐝𝐚𝐧 𝐊𝐞𝐡𝐨𝐫𝐦𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐌𝐚𝐧𝐮𝐬𝐢𝐚: 𝐒𝐞𝐛𝐮𝐚𝐡 𝐏𝐞𝐥𝐚𝐧𝐠𝐠𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐓𝐞𝐫𝐡𝐚𝐝𝐚𝐩 𝐇𝐚𝐤 𝐀𝐬𝐚𝐬𝐢
Di dalam Islam, tubuh manusia adalah amanah dari Allah yang harus dihormati dan dijaga dengan sepenuh hati.
Namun, apa yang ditawarkan oleh Worldcoin dengan teknologi Orb-nya, yang mengumpulkan data biometrik manusia, adalah langkah yang jelas berisiko memodifikasi identitas itu sendiri.
Bayangkan, data biometrik yang seharusnya menjadi hak pribadi seseorang, malah diperjualbelikan dan diperdagangkan oleh perusahaan asing dengan agenda yang kabur.
Tanpa persetujuan yang benar-benar sadar, tanpa pemahaman tentang bahaya yang ada, kita membiarkan tubuh kita dijadikan bahan komoditas digital.
Ini bukan hanya soal privasi, ini soal kehormatan yang dijaga rapi dalam ajaran Islam.
𝐄𝐤𝐨𝐧𝐨𝐦𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐃𝐢𝐬𝐭𝐫𝐢𝐛𝐮𝐬𝐢 𝐊𝐞𝐤𝐚𝐲𝐚𝐚𝐧: 𝐃𝐢 𝐀𝐧𝐭𝐚𝐫𝐚 𝐔𝐁𝐈 𝐝𝐚𝐧 𝐙𝐚𝐤𝐚𝐭
Worldcoin berusaha menawarkan solusi untuk kesenjangan ekonomi dengan klaim tentang Universal Basic Income (UBI).
Namun, kita tahu bahwa solusi yang dibalut dengan konsep kapitalisme ini lebih mirip bumbu manis yang disajikan di atas ketidakpastian.
Dengan harga kripto yang dapat melambung tinggi atau anjlok begitu saja, UBI Worldcoin malah berpotensi menciptakan ketergantungan pada sistem yang tidak adil.
Di dalam Islam, kita tidak hanya diajarkan untuk mendistribusikan kekayaan, tetapi untuk melakukannya dengan cara yang jauh lebih adil, melalui zakat, infaq, dan sedekah.
UBI berbasis token kripto, yang dapat berubah-ubah nilainya, hanya mengundang "gharar", ketidakpastian yang dilarang dalam perdagangan.
𝐒𝐞𝐧𝐭𝐫𝐚𝐥𝐢𝐬𝐚𝐬𝐢 𝐯𝐬. 𝐊𝐞𝐝𝐚𝐮𝐥𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐍𝐞𝐠𝐚𝐫𝐚 𝐈𝐬𝐥𝐚𝐦: 𝐀𝐧𝐜𝐚𝐦𝐚𝐧 𝐓𝐞𝐫𝐡𝐚𝐝𝐚𝐩 𝐊𝐞𝐦𝐚𝐧𝐝𝐢𝐫𝐢𝐚𝐧
Bertumpu pada blockchain Ethereum dan Optimism, Worldcoin menciptakan ketergantungan pada infrastruktur asing yang sangat jauh dari kedaulatan negara Islam.
Dalam pandangan Islam, kedaulatan negara adalah sesuatu yang tak bisa ditawar-tawar. Identitas digital warganya harus dikelola oleh otoritas Islam yang sah, bukan oleh korporasi global dengan niat yang tak jelas.
Tak hanya itu, ekspansi Worldcoin ke negara-negara berkembang seperti Indonesia memperlihatkan dengan jelas potensi eksploitasi data rakyat Muslim untuk kepentingan kapitalis.
Ini adalah bentuk neo-kolonialisme digital yang berusaha merampok kemerdekaan dan kedaulatan kita.
𝐈𝐧𝐭𝐞𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐀𝐈: 𝐀𝐧𝐜𝐚𝐦𝐚𝐧 𝐓𝐞𝐫𝐡𝐚𝐝𝐚𝐩 𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐊𝐞𝐦𝐚𝐧𝐮𝐬𝐢𝐚𝐚𝐧
Teknologi AI yang digunakan Worldcoin dalam verifikasi identitas bukanlah hal yang bisa dipandang sebelah mata.
Mengubah manusia menjadi sekadar data biometrik yang dapat diproses oleh algoritma adalah bentuk penghinaan terhadap martabat kita.
Islam mengajarkan bahwa manusia adalah makhluk mulia, bukan objek yang bisa diperlakukan seperti kode digital.
Teknologi harus dikendalikan untuk melayani umat, bukan untuk mendominasi dan mengontrol.
Pengawasan massal dan manipulasi opini publik, yang bisa dengan mudah dilakukan melalui teknologi seperti ini, bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan yang diajarkan dalam Islam.
𝐊𝐫𝐢𝐭𝐢𝐤 𝐭𝐞𝐫𝐡𝐚𝐝𝐚𝐩 𝐌𝐨𝐝𝐞𝐥 𝐊𝐚𝐩𝐢𝐭𝐚𝐥𝐢𝐬𝐭𝐢𝐤 𝐝𝐚𝐧 𝐅𝐢𝐠𝐮𝐫 𝐒𝐚𝐦 𝐀𝐥𝐭𝐦𝐚𝐧
Dan siapa yang ada di balik proyek ambisius ini?
Sam Altman, CEO OpenAI, yang juga terlibat dalam Worldcoin.
Seorang figur yang tampaknya mengusung misi mulia, namun di baliknya terselip agenda kapitalisme global yang tidak berpihak pada umat.
Dalam Islam, kita diajarkan untuk berhati-hati terhadap solusi yang datang dari entitas sekuler, terutama yang tidak mengutamakan kesejahteraan umat Islam.
Worldcoin, yang mengkomersialkan identitas manusia, jelas bertentangan dengan prinsip Islam. Identitas manusia adalah hak Allah, bukan untuk diperdagangkan.
𝐑𝐞𝐤𝐨𝐦𝐞𝐧𝐝𝐚𝐬𝐢 𝐒𝐲𝐚𝐫𝐢𝐚𝐡: 𝐉𝐚𝐥𝐚𝐧 𝐊𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐊𝐞𝐫𝐮𝐦𝐢𝐭𝐚𝐧
Islam, dengan segala kebijaksanaannya, menolak Worldcoin dan menawarkan solusi yang jauh lebih adil dan sesuai dengan prinsip syariah:
`Pembangunan Sistem Identitas Digital Berbasis Syariah`
Negara Islam harus mengembangkan sistem verifikasi terdesentralisasi yang bebas dari riba, gharar, dan eksploitasi.
`Penguatan Zakat dan Baitul Mal`
Kembali pada mekanisme zakat yang lebih adil dalam redistribusi kekayaan, bukan UBI yang menciptakan ketergantungan pada sistem kapitalis.
`Regulasi Ketat terhadap Biometrik`
Menjaga agar data biometrik tidak disalahgunakan oleh pihak luar, kecuali untuk kepentingan yang sah dan syar’i, seperti keamanan negara.
𝐌𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐖𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐍𝐞𝐠𝐚𝐫𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐁𝐞𝐫𝐝𝐚𝐮𝐥𝐚𝐭 𝐝𝐢 𝐄𝐫𝐚 𝐃𝐢𝐠𝐢𝐭𝐚𝐥
Worldcoin, meskipun dibungkus dengan janji inklusi keuangan, sesungguhnya menyimpan potensi bahaya yang luar biasa bagi umat Islam.
Dari sudut pandang syariah, proyek ini hanyalah wajah lain dari kapitalisme global yang memanfaatkan teknologi untuk memperbesar ketidakadilan.
Solusi sejati untuk umat Islam hanya bisa ditemukan dalam tatanan Khilafah ala Minhajin Nubuwah, sebuah sistem yang mengedepankan tauhid, perlindungan data, keadilan ekonomi, dan kemandirian teknologi berbasis syariat Islam secara kaffah.
Di dunia digital yang terus berkembang ini, marilah kita berhati-hati. Pilihlah jalan yang tidak hanya aman, tetapi juga penuh berkah dan sesuai dengan petunjuk-Nya.
Dunia digital harus menjadi sarana kemajuan umat, bukan jebakan yang mengancam martabat dan kedaulatan kita.[]
0 Komentar